Sabtu, 02 Januari 2010

Opini

Analisis Masalah dalam Konsep Filsafat


Prolog
Suatu hari Aku berbincang-bincang dengan seorang sahabat karib sekaligus kakak bertemu gede (he… he…) mengenai sekelumit pembicaraan yang mengarah kepada prinsip dasar aliran filsafat rasional. Tidak terasa kami begitu terlelap dalam obrolan itu karena hal itu sarat dengan ilmu yang begitu urgen sekaligus memiliki integral dengan disiplin ilmu lain. Sahabatku tadi sebut saja Kak Aswan ternyata tertarik dengan bahasan sederhana -yang sebenarnya Aku dapatkan pada Pekan Ta’aruf Santri Ponpes UI 2009I- yang aku kedepankan dalam pembicaraan itu. Sebenarnya begitu dangkal pengetahuan Aku mengenai filsafat karena ilmu ini memang tidak sembarangan diajarkan kepada semua orang. Hanya kelompok tertentu saja yang beruntung memperoleh ilmu ini khususnya mereka yang kuliah di jurusan Filsafat atau pada seminar-seminar tertentu yang bertujuan memberikan pengantar ilmu filsafat walaupun sebenarnya filsafat adalah suatu ilmu yang mendasari munculnya disiplin ilmu-ilmu lain.

Sebagai tindak lanjut dari pembicaraan itu akhirnya sahabatku memintaku untuk membuat catatan kecil sebagai resume dari perbincanagan yang kurang lebih berlangsung selama satu jam yang dapat dijadikan bahan referensi dan agar mudah untuk mengingatnya kembali. Menanggapi hal itu akhirnya Aku berusaha untuk mengingat perbincangan yang kami lakukan 14 hari yang lalu. Semoga apa yang Aku tuliskan ini menjadi bermanfaat dan berfungsi sebagai motifasi untuk lebih mendalami ilmu Filsafat.

Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari sesuatu secara detail yang berorientasi pada asal-usulnya, hakikatnya, sifatnya dan hukumnya. Dengan pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal ini yang sebenarnya akan menstimulus manusia untuk bijaksana mengarungi kehidupan yang fana di samudra dunia ini. Sehingga filsafat banyak difahami sebagai ilmu yang mendidik manusia menjadi seorang yang bijaksana.

Mempelajari filsafat secara komprehensif memerlukan persiapan baik teori maupun kejiwaan yang mantap karena kenjlimetan ilmu itu sendiri. Logika yang rasional memiliki peran yang urgen dalam menyelami samudra kefilsafatan. Menjadi benar kata hikmah yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazaly tentang keniscayaan adanya korelasi yang solid antara suatu disiplin ilmu satu dengan lainnya.

Logika pengetahuan memiliki perbedaan yang menonjol kita dibandingkan dengan logika ketuhanan. Untuk lebih jelasnya silakan Anda perhatikan peta konsep berikut:
Mana yang benar?
- Binatang itu Kambing atau Kambing itu binatang
- Alat tulis itu pensil atau Pensil itu alat tulis
Sekilas memang tidak ada yang menarik dari pernyataan di atas tetapi setelah diteliti ternyata keduanya memiliki alur informatif yang berbeda. Tentu pernyataan setelah pemisah atau yang memunyai kebenaran mutlak karena Kambing sebagai binatang itu benar adanya dan tidak dapat disangkal kembali begitu juga dengan kedudukan pensil sebagai alat tulis. Ketika kita telaah pernyataan binatang itu kambing, sebenarnya sudah terasa kejanggalan yaitu binatang itu tidak hanya Kambing saja tetapi banyak sepesies lainnnya seperti Kelinci, Sapi, Kerbau dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa subjek itu lebih khusus daripada predikat dalam penalaran ini.
Kambing itu binatang
S(Hiponim) P(Hipernim)

Kemudian mana yang menandung nilai kebenaran?
- Allah itu Esa atau Esa itu Allah
Dua pernyataan di atas memiliki kedudukan dan nilai kebenaran yang sama bahwa Allah itu Esa benar adanya sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Ikhlas dan berkeyakinan bahwa kholiq itu hanya satu maka yang esa pun hanya Allah atau Esa itu Allah. Dalam konteks ini subjek sama kedudukannya dengan predikat dan dari kasus ini menunjukan bahwa logika pengetahuan berbeda dengan logika ketuhanan.

Kritik terhadap Teori Para Ilmuan
Dalam ilmu Fisika kita mengenal Hukum Kekekalan Energi yang berbunyi, “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan’. Konsep ini tentu bertentangan dengan ajaran islam yang berprinsip bahwa di alam ini ada dua kategori klasifikasi yaitu kholiq (pencipta) yang hanya satu (esa) dan yang kedua adalah makhluk (yang diciptakan). Artinya segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah kreasi prerogatif dari sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Idealnya bunyi hukum ini direvisi menjadi, “Energi tidak dapat diciptakan (kecuali oleh Allah) dan tidak dapat dimusnahkan (kecuali oleh Allah)”.

Epilog
Demikian resume yang dapat Aku tuliskan semoga bermanfaat. Ditunggu kritik dan sarannya demi perbaikan dan penyempurnaannya. Bagi yang ingin menanggapinya silakan kunjungi www.islamicloves.blogspot.
com atau sams_zakaria92@yahoo.com.

Way Tenong, 27 September 2009
El-‘abdul Faqir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullahu khairan katsiran...