Sabtu, 02 Januari 2010

Opini dan Solusi

Indonesia Madani Melalui Ilmu Pengetahuan
(Membangun Bangsa dengan Potensi yang Dimiliki)


Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Terbentang dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari kumpulan pulau yang menyatu dalam sebuah imperium besar, sebaran penduduk yang merata dalam nusantara. Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak seharusnya bangsa ini mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peradaban dunia. Mengingat adanya pruralisme agama dan budaya sewajarnya bangsa ini memunyai kiprah besar di ranah tatanan kehidupan internasional. Keberagaman itu akan mewarnai sendi kehidupan karena didukung oleh jumlah penduduk yang besar dan potensi alam yang melimpah ruah. Falsafah kebangsaan yang luhur dan fleksibel seharusnya mampu menata dan menciptakan bangsa yang madani yang melindungi dan menyamaratakan rakyatnya dalam peradilan hukum. Inilah realita yang kita hadapi saat ini yang membuat malu bersimpuh di bumi pertiwi ini.

Kondisi ini bukan sesuatu yang terjadi begitu saja tanpa ada akar penyebab yang melatarbelakanginya. Cita-cita bangsa yang agung yang telah digariskan oleh para founding father mengalami stagnasi sehingga bangsa ini bagai berjalan tanpa ada limitasi kapan menuju tempat yang diinginkan. Melalui analisa yang mendalam muncul pikiran untuk mendeteksi penyebab utama kegagalan Indonesia mewujudkan semua itu. Apakah penyebab yang menghambat kemampuan bangsa dalam mewujudkan cita-cita luhur membangun bangsa yang memiliki peradaban di mata dunia? Apakah justru Indonesia membutuhkan bangsa asing untuk kembali menjajah bangsa ini demi mendobrak semangat juang rakyatnya khususnya para pemuda demi mewujudkan impian itu? Jawabannya simpel tapi menyimpan jutaan interpretasi bagi mereka yang menilainya yaitu ilmu pengetahuan (science). Ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa tidak dikerahkan secara maksimal untuk membangun bangsa yang sejahtera dari berbagai dimensi. Dikotomi ilmu yang ada harus dibabat habis demi menyusun langkah untuk mengubah kondisi bangsa yang sudah terlanjur terpuruk. Saatnya para ilmuan dan intelek bersatu dalam sebuah misi mulia untuk merekonstruksi kondisi bangsa menjadi bangsa yang berwibawa, hidup dalam tata aturan yang baik, berbangsa dengan semangat nasioalisme yang tinggi tanpa membedakan suku dan agama, menuai impian terciptanya bangsa yang madani. Dan adalah sesuatu yang mengenaskan jika pada akhirnya bangsa ini kembali dikuasai oleh bangsa asing yang justru akan menjadi momok bagi rakyat Indonesia. Tentu kita tidak mau me-replay tragedi pahit yang dilalui bangsa ini. Cukup sekali penjajahan itu mengobrak abrik tanah air tercinta ini dan pada prinsipnya Indonesia bisa menciptakan cita-cita luhurnya dengan cara yang bijak dan efektif.

Komitmen untuk mewujudkan bangsa yang mempunyai peradaban adalah sebuah keniscayaan. Ketika suatu bangsa ingin tetap eksis di mata dunia tentu harus memunyai kepribadian yang beradap dan ikut andil dalam ranah kehidupan politik internasional. Sehingga bangsa yang besar ini perperan aktif dalam rangka menentukan kebijakan internasional karena panya posisi strategis dan persuasife. Terbukti, bangsa arab di masa dinasti Umayyah dan Abasiyah mampu mengusai seperlima dunia kerena peradapan mereka yang memaksa dunia melirik dan menghargainya. Ilmu pengetahuan menjadi syarat mutlak bagi bangsa madani sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang dimiki bangsa menjadi peluang emas untuk menciptakan kejayaan bangsa.

Perspektif bangsa madani
Bangsa madani adalah refleksi kehidupan masyarakat islam pada masa rasulullah saw. dan para sahabatnya. Kondisi ini terus dipertahankan untuk tetap menjelma dalam kehidupan masyarakat dan bernegara yang berkorelasi dengan pengetahuan yang mereka miliki saat itu. Pengetahuan yang komprehensif yang bersumber dari ajaran tekstual Al-Quran dan Hadits sebagai interpretasi sekaligus pelengkap yang tetap aktual diterapkan dimanapun dan kapanpun. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya betul-betul dihayati dan diaplikasaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga adalah sebuah konsekuensi logis jika saat itu kejayaan tergapai dengan mudah, tercipta sebuah bangsa yang madani yaitu bangsa yang memunyai peradaban yang baik sesuai dengan yang digambarkan dalam Al-Quran sebagai baldatun thoyyibatun warabbun ghofur yaitu bangsa yang unggul dan mendapat ampunan dari tuhannya. (Q.S. Saba’ [34]: 15).

Masyarakat madani (civil society) yang dibangun oleh Rasul di Madinah 14 abad yang lalu dengan azas yang tertuang dalam piagam Madinah (Madinah Charter) sebagaimana disitir oleh Nurcholis Madjid dalam artikelnya yang berjudul Telaah Kritis Paradigma Masyarakat Madani, memiliki 6 ciri utama. Pertama, egalitarianisme artinya semua orang sama rata dan dengan itu mestilah mendapat hak dan kewajiban yang sama. Kedua, penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi yang ditorehkan, bukan berorientasi pada kesukuan, keturunan, ras dan sebagainya. Kemudian keterbukaan yang menuntut adanya partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Selanjutnya adalah penegakan hukum dan kedilan, dimana setiap individu berhak mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Kelima, toleransi dan pluralisme, memaknai keberagaman bangsa sebagai aset yang akan mewarnai kehidupan bukan justru menjadi alasan untuk berpecah belah. Serta musyawarah, sikap arif dalam mengambil keputusan dengan mengutamakan kepentingan bersama.

Dalam rangka mewujudkan 6 kriteria bangsa madani di atas, Indonesia sebagai bangsa yang berdasarkan pancasila, memiliki penduduk yang mayoritas muslim, ditambah potensi alam yang baik memunyai peluang besar untuk itu. Dengan memberikan stimulus yang menjanjikan bagi mereka yang mau berjuang memberikan kontribusi real dalam membentuk dan menciptakan bangsa yang madani akan memotivasi semua elemen masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa untuk andil di dalamnya. Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentu sangat relavan untuk menuju cita-cata itu. Diimbangi dengan aplikasi ajaran-ajaran islam yang bersifat menyeluruh (syumuly) dalam mengatur tatanan masyarakat akan melengkapi peluang terciptanya masyarakat madani.

Perspektif ilmu pengetahuan
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai ilmu pengetahuan sebagai media untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang teratur dan alat untuk memompa segala potensi yang dimiliki oleh bangsa itu. Hal ini yang patut dijadikan renungan yang mendalam oleh bangsa Indonesia untuk menentukan nasib dan merealisasikan cita-cita luhur bangsa ke depan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Sebesar apresiasi bangsa terhadap ilmu pengetahuan sejauh itu pula impian dan cita-cita mampu digapai. Selayaknya bangsa ini memosisikan ilmu pengetahuan pada tempat yang strategis dan mulia jika menghendaki terwujudnya bangsa yang sejahtera.

Ilmu pengetahuan diperoleh melalui media pembelajaran yang komplek. Baik itu pendidikan formal maupun non formal, swasta maupan negeri atau yang bernafaskan agama maupun umum. Semuanya mempunyai peranan yang vital untuk mentransformasi ilmu pengetahuan. Namun secara umum sekolah mempunyai andil terbesar dalam masalah ini terbukti dengan menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia karena lembaga ini telah berhasil mencetak kader-kader bangsa yang unggul dan kompeten. Walaupun penulis juga tidak menafikan peran pihak lain yang berkecimpung membentuk kader generasi bangsa. Karena idealisme pendidikan itu harus dibangun dari berbagai dimensi dan kesempatan tidak hanya monoton pembelajaran di sekolah atau kampus.

Hasil dari pendidikan yang seperti ini idealnya akan memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk melakukan banyak hal berharga dalam hidupnya dalam rangka merealisasakan apa yang sudah mereka dapatkan di bangku sekolah. Sehingga ketika menginjak bangku perkuliahan mereka telah memunyai bekal yang cukup demi menghadapi dunia perkampusan. Tetapi kenyatannya tak semanis yang kita harapkan, mereka (intelek) enggan berkarya dan menggali potensi keilmuan yang ada pada diri mereka. Bahkan para mahasiswa pun terkadang tidak mampu memberikan pencerahan terhadap bangsanya sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni karena mereka tidak peka dengan kondisi yang ada. Padahal mereka dituntut untuk selalu berkreasi dan kritis dalam mengarungi dunianya. Walaupun ada yang mampu berkreasi namun tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Indonesia. Ini adalah fenomena yang ironis yang memerlukan solusi konklusif dan tepat guna.

Solusi untuk mewujudkan bangsa madani
Sistem pendidikan terpadu (integrated education system) merupakan sulusi yang bisa ditawarkan untuk mewujudkan bangsa madani melalui ilmu pengetahuan. Pendidikan (transformasi ilmu pengetahuan) yang dimulai dari keluarga sebagai agen penanaman kecerdasan spiritual dan keterampilan hidup (life skillfull) pada jiwa anak. Selanjutnya anak akan dididik di sekolah untuk mendapatkan kecakapan hidup (life ability) sebagai tindak lanjut dari kecerdasan spiritual yang dia dapatkan di lingkungan keluarga untuk mendapatkan pendidikan dalam rangka pembekalan kecerdasan intelektual (intelligent quotient). Para peserta didik juga tentunya akan berbaur dengan masyarakat yang akan berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan emosional mereka. Demikianlah korelasi pendidikan dan pengajaran yang tepat diterapkan untuk membentuk generasi yang unggul dan kompeten yang kelak akan memberikan sumbangsih yang berarti dalam masyarakat dan bangsa. Hal ini yang kelak diharapkan akan mengontribusi terciptanya masyarakat madani.

Mengakarnya sistem moral ke dalam semua aspek kehidupan adalah hal yang urgen demi menyusun langkah produktif menuju masyarakat madani. Moralitas bangsa yang baik akan menciptakan suatu kesatuan kerja yang bersinergi dalam satu cita-cita luhur mewujudkan bangsa yang beradap dan berwibawa. Dengan etika yang dimiliki akan merangsang pertumbuhan kemajuan bangsa yang positif tanpa ada lini-lini tertentu yang dirugikan. Karena mereka menyelaraskan antara intelektual yang tinggi dan spiritual yang hakiki. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah tapi perlu usaha yang berkesinambungan dari elemen masyarakat kelas bawah, menengah dan atas.

Memasukkan mata kuliah pendidikan kecerdasan emosional dan spiritual (emotional and spiritual quotient) yang menjadi syarat untuk naik pada semester selanjutnya merupakan solusi tepat untuk mensinergikan kecerdasan para mahasiswa. Kecerdasan intelektual saja tanpa diimbangi emosi dan spiritual yang tangguh justru akan mendorong mahasiswa melakukan tindakan yang baik secara ilmu namun tidap tepat jika ditilik dari segi etika. Begitu juga spiritual dan emosi yang bagus tanpa diselaraskan dengan intelektual yang memadai tidak berarti apa-apa terhadap perkembangan kreativitas bangsa. Karena sebagaimana diungkapkan oleh Ary Ginanjar Agustian, pencetus ESQ menejemen, bahwasanya terdapat korelasi yang sangat kuat antara dunia usaha, profesionalisme, dan menejemen modern dalam hubungannya dengan esensi islam, iman dan rukan islam. Jadi sinergi ketiga hal itu akan mampu mendobrak para lulusan perguruan tinggi untuk dapat berkarya sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki dengan didasari iman dan taqwa kepada Allah swt.

Dalam mewujudkan bangsa yang madani juga perlu mengadopsi ajaran Al-Qur’an karena hal ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar terealisasikan impian itu. Ketika suatu bangsa menginginkan keberkahan yang akan turun dari langit sebagai anugarah dari Allah swt. maka terdapat 2 syarat yang yang wajib dipenuhi. Yang pertama, keimanan kepada Allah swt. yang menjadi landasan pokok dan utama agar manusia tidak terjebak kepada pemikirin yang menyimpang dari ajaran-ajaran agama. Kedua, Ketaqwaan yang menuntut manusia tunduk akan perintah Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, (Q.S Al-A’raf [7]: 96). Kedua hal ini akan menginspirasi manusia untuk selalu berbuat baik karena mempunyai dasar iman dan taqwa yang kuat dan dalam rangka menjalankan perintah Allah. Karena jika tidak maka kehancuran yang akan diderita oleh umat manusia sebagai balasan dari perbuatannya.

Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang gencar diadakan oleh perguruan tinggi dan lembaga atau instansi tertentu juga merupakan alternatif solusi untuk mewujudkan masyarakat madani. Kompetisi ini memberikan motivasi kepada para mahasiswa untuk menyumbangkan pemikirannya yang argumentatif dan solusif terhadap perkembangan iptek dan pendidikan akhlak serta moralitas bangsa. Karya ilmiah yang mereka hasilkan dapat disebarkan kepada masyarakat luas untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan serta menjadi bahan renungan para intelektual bangsa. Harapannya, langkah ini menjadi stimulus yang akan mendobrak spirit kaum terpelajar (mahasiswa) untuk ikut menyumbangkan pemikirannya demi terealisasinya tujuan tersebut. Sehingga usaha mewujudkan tujuan itu benar-benar komprehensif karena dilakukan dari berbagai lini sendi kehidupan baik moral, spiritual maupun intelektual.

Penutup
Langkah-langkah konkrit dan produktif di atas tentu sangat tepat diterapkan pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multidimensional. Menggapai impian mewujudkan terciptanya masyarakat (bangsa) madani yang berperan aktif dan protektif terhadap perkembangan zaman yang begitu rentan yang dimotori para kaum intelektual yang dilandasi oleh spiritual yang hening dan emosional yang terkendali akan kita buktikan. Dengan tekad dan optimisme tinggi bahwa tiada sesuatu yang tidak mungkin jika manusia mau merubahnya ke arah yang lebih baik, yang ada juga pesimisme dan fanatisme yang menghalangi kemajuan bangsa tercinta ini. Nasionalisme yang tinggi perlu ditanamkan pada jiwa rakyat Indonesia bahwa kemajuan bangsa adalah tanggung jawab kita semua, rakyat Indonesia.

Bangkitlah negeriku menuju bangsa yang beradap, berkaryalah para pemuda harapan bangsa untuk tanah air ini, kibarkan panji-panji Islam di medan laga wahai para pejuang agama, bersatulah para pemimpin bangsa mengemban misi mulia menuju bangsa yang berwibawa, berjuanglah rakyat Indonesia untuk menggapai kejayaan dan keberkahan tuhan yang maha pemurah!!! Dengan demikian maka dalam waktu dekat Indonesia akan mampu menuju puncak kejayaannya, memperoleh predikat bangsa madani.
Wallahu a’lamu bish showab.




*1 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullahu khairan katsiran...