Kamis, 21 Januari 2010

Altruisme dalam Islam

ALTRUISME DALAM ISLAM (ITSAR):
MENCIPTAKAN SUASANA KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BAIK


وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (الحشر: 9)

"Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah mke tempat mereka. dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr [59]: 9)


Dalam kondisi zaman yang sudah tidak bersahabat ini jika kita mau sedikit peka nampaknya egoisme menjadi sebuah sikap yang tumbuh berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dimana setiap individu selalu mementingkan dirinya sendiri tanpa mau memperdulikan orang lain yang juga membutuhkan. Kelompok tertentu hanya berusaha memperjuangkan nasib kelompoknya tanpa mempehatikan kemaslahatan kelom[ok lain yang sebetulnya berhak untuk mendapatkan haknya. Banyak wakil rakyat yang notabene mereka adalah sebagai penyalur aspirasi rakyat melalaikan amanat itu, ia hanya bekerja untuk membesarkan pertainya atau hanya memikirkan kepantingan kesejahteaannya. Padahal sebagai manusia yang berfungsi sebagai kholifah di muka bumi, kita ditakdirkan untuk hidup berkelompok dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Eksistensi suatu masyarakat tertentu juga berpengaruh terhadap keberadaan masyarakat lainnya.

Sikap saling menguntungkan (mutualisme) dan atau bahkan lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sudah tidak nampak lagi dalam kehidupan bermasyarakat. Andaikata ada pun rasionya kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia saat ini. Padahal kita tahu seseorang itu akan menjadi bermanfaat dan berguna jika orang lain menbutuhkan keberadaannya di dunia ini. Kita akan menjadi anfauhum linnas jika apa yang kita miliki bisa mendatangkan kemaslahatan dan kebahagian banyak orang. Bukan malah apa yang kita miliki kita gunakan hanya untuk kepentingan pribadi yang terkesan egois dan seolah menafikan orang-orang yang ada di sekitar kitra yang juga membutuhkan. Oleh karena itu sikap memntingkan orang lain di atas kepentingan pribadi harus kita bangau dan kita tanamkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana kehidupan yang nyaman dan tidak ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin, antara mereka yang memiliki pangkat dan jabatan tinggi dengan kaum tertinggal. Sehingga nilai-nilai luhur agama dan pancasila tercermin dalam kehidupan rakyat Indonesia yang berdemokrasi.

Pengertian Altruisme
Kata altruisme merupakan turunan dari kata alter yang berarti loving athers as one self (mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri) atau dalam Kamus Oxford disebutkan bahwa altruisme yaitu memperhatikan kebutuhan orang lain lebih dari apa yang kita pikirkan untuk diri sendiri (fact of caring about the needs of other people more than your own). Altruisme sendiri dalam kajian Bahasa Arab dikenal dengan istilah al-Itsar yang berarti pengutamaan atau tafdhil (Kamus al-Munawwir,1997). Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk berkorban demi sebuah nilai yang lebih tinggi, tanpa memandang apakah nilai tersebut bersifat manusiawi atau ketuhanan. Kehendak altruis (orang yang mempunyai jiwa altruistik) berfokus pada motivasi untuk menolong sesama atau niat melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa pamrih (Mustofa, 2010).

Dari beberapa rujukan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa altruisme adalah suatu sikap untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi dan golongan dengan semangat berkorban yang penuh keikhlasan. Dalam aplikasinya Altruisme memotori dua nilai yaitu penerapan nilai agama (tathbiqul qimah diniyyah) dan nilai kemanusiaan itu sendiri. Dengan seperti ini iklim kebersamaan dan saling memperhatikan akan betul-betul dirasakan dalam kehidupan. Sikap saling menghormati dan menghargai akan tercipta dan terealisasi sebagai modal dasar melakukan rekonstruksi menuju kejayaan bangsa ini dan menciptakan iklim kehidupan masyarakat yang baik dan kondusif.

Urgensi Altruisme dalam Kehidupan
Sikap mementingkan orang lain dalam kehidupan merupakan sesuatu yang sangat penting demi terciptanya kehidupan yang nyaman dan tentram. Karena semua orang akan berusaha memberikan manfaat dari apa yang ia miliki kepada yang lainnya. Rasa rakus akan harta dan gila pangkat akan sedikit tereduksi karena berusaha menerapkan sikap ini dalam perilakunya sehari-hari. Sehingga si kaya akan hidup tenang karena telah menunaikan kewajibannya dan si miskin akan merasa diperhatikan karena kebutuhannya terpenuhi. Dengan seperti itu tidak akan ada lagi kasus penodongan dan pencurian seperti yang marak saat ini yang begitu meresahkan masyarakat. Karena semuanya telah berjalan bergandengan dan saling memperhatikan. Para wakil rakyat yang duduk di parlemen menunaikan amanatnya dengan baik karena ia ada karena dukungan dari rakyat yang telah memilihnya pada Pemilu. Mereka berjuang dan bekerja untuk kepentingan orang banyak bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Begitu juga kita harus berusaha menjalin hubungan baik dengan sesama manusia.

Altruisme itu sendiri sudah pernah dicontohkan oleh kaum Anshor di Madinah yang merelakan harta dan tempat tinggal mereka diberikan untuk kaum Muhajirin yang hijrah ke daerah mereka. Walaupun sebetulnya mereka masih membutuhkan itu namun karena didasari rasa sepenanggungan dan demi tegaknya agama Allah dengan senang hati mereka merelakannya. Dalam kehidupan sehari-hari memang terasa berat untuk mementingkan orang lain atau sekadar berkorban. Namun hal ini akan menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging jika kita terus membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya kaum Anshor yang terus bisa hidup berdampingan dengan kaum Muhajirin ketika itu. Sehingga muncul sebuah adigium, “Mula-mula manusia membentuk kebiasaan dan pada akhirnya kebiasaan itu yang membentuk manusia” (Ichikawa, 2009). Mula-mula kita membiasakan diri untuk bersikap altruistik maka lama kelamaan sikap itu yang akan mewarnai hidup kita. Hal ini akan tercermin tindakan kita dimana kita akan merasa bersalah manakala tidak bisa membantu orang lain dan ini yang dinamakan kebiasaan telah menbentuk kita.

Di sisi lain, Altruisme ini tidak serta merta boleh diterapkan dalam segala hal. Ada bagian tertentu dimana setiap individu tidak boleh mengutamakan orang lain yaitu dalam hal peribadatan. Sebagai ‘abidullah (hanba Allah) kita harus berlomba untuk melakukan yang terbaik dalam ibadah dan selalu berusaha menjadi yang terdepan. Hal ini karena tujuan dari ibadah itu adalah pengagungan (ta’dzim) dan pembesaran (ijlal) terhadap Allah SWT melalui ibadah itu. Jadi tidak ada alasan untuk mengutamakan orang lain dalam hal peribadatan karena urgensi dari ibadah itu sendiri tentunya. Misalnya dalam hal bersuci dan memilih shof yang pertama dalam solat, seorang muslim harus berusaha (melaksanakannya) menjadi yang pertama dan terdepan. Hal ini karena ibadah itu merupakan hubungan yang murni antara hamba dan tuhannya (Allah SWT). Altruisme yang dimaksud dalam konteks ini adalah mentumakan orang lain dalam kehidupan dunia dan dalam hal muamalah. Bahkan dalam Itsar dalam kehidupan dunia adalah sesuatu yang disenangi atau sunnah (mahbubun). Hal ini sesuai dengan kaidah Usul Fiqh yang berbunyi:

ألإيثار بالعبادات مكروه و بالدنيا محبوب (عبد الحميد حكيم فى السلم).

Artinya: “Mengutamakan (orang lain) dalam peribadatan adalah dibenci (makruf) dan dalam dunia adalah sunnah (disukai). Abdul Hamid Hakim dalam Kitab as-Sulam.

Epilog
Begitu pentingnya altruisme (al-Itsar) dalam kehidupan maka marilah kita berusaha menerapkankan dalam segala perilaku dan tindakan kita. Hal ini akan mendatangkan manfaat bagi diri kita pribadi (di sisi Allah) dan maslahat yang besar bagi orang lain. Karena altruisme itu sendiri merupakan salah satu ajaran Quran yang merupakan pedoman umat islam dalam kehidupan beragama (muamalah). Dengan menerapkan sikap ini dalam kehidupan berarti kita telah mengamalkan dan mesyiarkan nilai luhur Quran. Begitu juga dalam hal etika, altruisme merupakan sikap yang terpuji yang disenamgi semua orang. Sehingga akhirnya kita akan tercatat di sisi Allah sebagai orang-orang yang beruntung (al-Muflihun) di hari pembalasan nanti dan mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya Allah ya Mujiba du’ais sailin...
Wallahu a’lamu bis-showab...


Jogjakarta, 22 Januari 2010


Samsul Zakaria,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullahu khairan katsiran...