Jumat, 15 Januari 2010


Al Ghouts..., Al Ghouts...,
Written by: Samsul Zakaria


Bagi sebagian orang mungkin judul tulisan ini cukup aneh dan menimbulkan rasa penasaran dalam hati. Sekilas dapat kita tanggap bahwa kata al-ghouts itu merupakan salah satu dari deretan kosakata bahasa Arab yang tercecer dalam kamus or inseklopedia. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari kata ini jika kita rujuk pada makna yang sebenarnya. Secara bahasa kata ini merupakan bentuk masdar dari ghotsa – yaghutsu, yang berarti menolong dan ghouts artinya pertolongan, seperti itulah kira-kira. Namun akan menjadi sesuatu interested manakala dipakai untuk makna majaz atau maksud tertentu. Inilah salah satu keistimewaan bahasa arab yang tidak hanya memiliki makna hakiki yang dapat difahami secara langsung (directly understanding) tetapi juga menimbulkan dan memunyai multitafsir yang komplek dan variabel.

Sebenarnya kata ini adalah salah satu dari petikan kata hizb yang dibacakan untukku ketika saat itu aku sedang dalam kondisi yang tidak sewajarnya (sakau). Mengapa aku katakan demikian karena kala itu aku sudah tidak makan sekitar dua hari tapi masih bisa berontak ketika dipegang oleh sekitar 15 orang. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa menjadi seperti itu. Aku hanya berfikiran negatif terhadap apa yang aku hadapi dan temui saat itu. Seolah aku telah melakukan dosa dan kesalahan yang mungkin tak terampuni lagi dan seakan orang yang ada di sekitarku kan menpunishku sebagai akibat dari kesalahanku. Padahal setelah aku kembali pada kesadaranku yang sempurna aku sadar bahwa itu semua hanya suudhon dan halusinasi belaka. Ironis memang kondisi yang kualami saat itu.

Saat itu, malam Sabtu, Aku dipaksa untuk pergi ke masjid karena sebelumnya aku hanya mendekam di kamar doank. Aku pun sempat berontak dan menolak untuk menuju masjid karena perasanku saat itu yang mungkin sudah dipengaruhi oleh makhluk halus. Dan akhirnya aku pun dipaksa pergi menuju masjid. Di masjid sudah berkumpul anak-anak pondok dan para ustadz. Aku pun diseka oleh Ustadz Roihan dengan air yang dituangkan dalam baskom yang sudah dicampur dengan kembang. Kemudian setelah itu aku pun dibacakan hizb yang kurang lebih bunyinya, “al-ghouts, al-ghouts, aghitsna minannar”. Itulah sepengingatanku ketika itu. Dan aku pun merasa ada bisikan agar aku tetap tenang karena banyak temannya andaikata akupun harus mati meninggalkan dunia. Na'udhubillhi min dzalik,,,

Ruqyah (bacaan tertentu yang dibaca berjamaah) yang dijalankan di pondok tidak juga bisa menyembuhkanku dan tidak sanggup mengusir makhluk halus yang ada pada diriku. Aku pun dibawa ke Semarang (tempat Pak Munggeng) bersama orang tuaku yang kala itu sudah datang ke Jogja. Sekitar 2 hari di Semarang (perobatan oleh seorang tabib) tak juga membuiatku sadar. Akhirnya aku dibawa ke Banyuwangi, desa tempat tinggal Mbahku dan saudara-saudaraku dari ayah. Di sana aku diobati oleh seorang kiayi yang bernama Abdul Halim. Sekitar kurang lebih dua bulan aku berada di sana sedikit membuatku sadar dan akupun mau makan nasi karena sebelumnya sekitar 12 hari nggak makan nasi, hanya minum juga itu kalau pas haus. Tapi, perasaanku ketika itu belum juga pulih seratus persen, masih ada bayang-bayang dan bisikan-bisikan halus yang menghantui diriku.

Aku dan orang tua ku serta 2 adikku akhirnya pulang ke Lampung Barat, kota kelahiranku. Sesampai di rumah akupun masih juga belum sadar dan aku merasa takut dengan orang-orang yang sudah berkumpul ramai di rumahku. Aku yakin meraka telah ngumpul demi menanti kedatanganku untuk mengetahui kondisiku dan tentu untuk menjenguk orang sakit ('iyadatul maridh). Perasaanku ketika itu mata-mata mereka itu tampak merah dan seolah menampakkan ekspresi emosi padaku. Padahal ketika itu semua orang yang ada di rumahku meneteskan air mata. Akupun menangis entah kenapa, mungkin terharu namun dalam durasi yang tidak lebih dari 5 menit. Dan akupun langsung makan di dapur di saat rumahku sesak orang yang berjejalan yang memenuhi rumahku.

Sekitar 10 hari aku berada di rumah, tidak ada perubahan juga. Aku mesti dipaksa dulu untuk menemui orang-orang yang datang mengunjungiku. Hal itu karena ada perasaan bersalah yang berlebihan ditambah denagan rasa malu. Akupun diajak oleh orang tuaku untuk berziaroh ke makam kakek dan buyut (bapak dan ibu dari nenekku). Setelah berziaroh, akupun singgah di rumah budeku (bibi) yang tidak jauh dari tempat persemayaman leluhurku. Dan ketika memasuki rumah budeku aku merasa plong dan terasa bebas dari halusinasi yang selama ini membayang-bayangiku. Perasaan bersalah yang selama ini selalu mengitariku pun lenyap dan yang ada hanya rasa senang dan gembira karena aku telah sadar kembali. Alhamdulillah,,,

Aku juga sempat dibawa ke kediaman Abah Syafe'i di Pasir Sakti, Lampung Timur untuk berobat. Meskipun Aku telah pulih dan sadar, tetap saja hal ini dijalani untuk memastikan dan melindungi tubuhku dari pengaruh ghaib itu. Setelah dipastikan bebas dari pengaruh itu Aku dan keluargaku pulang ke Lampung Barat. Aku sudah menjalani hidup dengan apa adanya walaupun masih ada rasa malu dan shock serta jera. Tapi setidaknya Aku sudah sering keluar untuk sekadar bermain Volly dan pergi ke tempat-tempat tertentu.

Tidak lama kemudian Akupun berkat dorongan dari Mas Mustofa (seniorku sekaligus pembimbing dan beliau adalah dosen di STAIN Metro, Lampung) pulang lagi ke Jogjakarta untuk meneruskan studiku. Dan ketika aku sampai di pondok, teman-temanku kagum melihat tubuhku yang tampak gemuk. Hal ini mungkin karena setelah sakit aku banyak menkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dengan jumlah yang besar. Anehnya mereka banyak yang memanggilku dengan sebutan “Al-Ghouts,..” Dan akhirnya nama itu menjadi gelar populerku di pondok, he.. he.. Hanya demi mendapatkan gelar ghouts saja membutuhkan uang yang berjuta-juta...


Jogjakarta, 16 Januari 2010

ttd

Samsul Zakaria
NM. 09421021

2 komentar:

  1. Assalamualaikum...
    Sul, apa ente waktu itu ngerasa......??
    Ane waktu tu gk tega lo....
    he....
    peace...peace
    semangat...
    al ghauuuts....!!!

    BalasHapus
  2. wassalmkm,
    hahaha,
    maf dah ngerepotin sampean, hehe

    BalasHapus

Jazakumullahu khairan katsiran...