Selasa, 09 Februari 2010

Laisa Kaitslihi Syaiun (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ)

Bagaimana Anda Memahami Petikan Ayat di Atas???



لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِير' merupakan petikan ayat yang terdapat dalam surat asy-Syura' ayat ke 11. Ayat ini banyak dijadikan dalil penguat dari sifat Allah yang termasuk sifat wajib baginya yaitu mukhalafutuhu lil hawadits, berbeda dengan makhluknya. Artinya Allah itu qiyamun linafsihi, berdiri sendiri, tanpa intervensi dari siapapun, Allah itu ya Allah, tiada yang menyamainya, tiada yang setara dengan Dia. Sehingga wajar jika dalam petikan ayat tersebut Allah berfirman bahwa tidak ada sesuatupun (makhluknya) yang menyerupainya. Bahkan Allah subhanahu wa ta'ala lah yang Maha mendengar dan mengetahui segala sesuatu itu. Makhluk (ciptaan) adalah kreasi murni dari Kholik (pencipta) dan bukan merupakan bagian dari dzat kholik.

Terjemahan petikan ayat di atas sebagaimana kita temukan pada Alquran terjemah yaitu 'tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia'. Artinya segala sesuatu itu tidak ada yang sama dengan dzat Allah. Karena manakala ada indikasi bahwa sesuatu itu sama dengan Allah maka hal itu akan memasuki ranah tasybih (penyerupaan Allah dengan sesuatu yang lain). Dan menurut Asya'irah (Madzhab Asy'ari) menyerupakan tuhan dengan makhluk dapat menyebabkan seseorang menjadi 'kafir'. Oleh karenanya tatkala ada ayat yang dhahirnya mengandung makna peyerupaan tuhan dengan makhluk, ayat tersebut dipalingkan, dita'wilkan dengan pengertian yang tepat dalam rangka tanzih (membedakan Allah dengan makhluknya/menyucikan dzat Allah). Misalnya 'yadullahi fauqo aidihim', tangan Allah berada di atas tangan mereka. Sekilas ayat ini mengabarkan bahwa Allah itu memiliki tangan layaknya manusia. Namun sebenarnya kata yadun dalam ayat ini bisa dita'wilkan menjadi kekuasaan, jadi maksud ayat di atas adalah kekuasaan Allah berada di atas kekuasaan mereka (makhluk).

Apabila kita mengartikan petikan ayat Syura' ayat 11 di atas dengan tarjamah harfiyah (terjemahan perkata) akan kita dapatkan pengertian yang jauh berbeda dengan tarjamah tafsiriah. Secara harfiyah makna cuplikan ayat di atas adalah 'tidak ada yang menyamai kepada yang menyamai Allah' (Saiful Hadi, 2009). Artinya dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada yang menyamai Allah, padahal hal ini mustahil bagi Allah. Sedikit kita bahas penerjemahan harfiyah tersebut. Kamitslihi artinya seperti sesuatu yang semisalnya, artinya dhomir hi di sana kembali kepada Allah dan ka mitsli itu sesuatu yang menyerupai Allah. Jadi sebenarnya sudah ada sesuatu yang menyamai Allah. Kemudain ada kata 'laisa' sebagai fiil naqish dan 'syaiun' sebagai isimnya yang kemudian bermakna tidak ada yang sama dengan apa yang semisal Allah. Jelas arti harfiyah seperti itu dan berdasarkan indikasi (qorinah) dari beberapa dalil yang lain hal itu mustahil dan tidak bisa diterima secara akal. Oleh karena itu petikan ayat ini tidak dipahami (diterjemahkan) serta merta menurut tarjamah harfiyyah melainkan melalui tarjamah ma'nawiyyah yang dirasa lebih tepat dan sinkron.

Dalam kitab tafsir al-Qurtuby dijelaskan beberapa pendapat terkait dengan maksud petikan ayat itu. Konon huruf 'kaf' dalam ayat itu adalah sebagai tambahan saja (zaidah) yang berfungsi sebagai taukid (penekanan). Dengan demikian dapat kita artikan 'tidak ada sesuatu yang semisalnya' menafikan arti dari huruf kaf. Ada juga yang mengatakan bahwa huruf kaf berfungsi sebagai taukid dari tashbih dari kata 'mitslihi'. Dan menurut Tsa'lab, ayat itu seolah-olah berbunyi seperti ini 'laisa ka huwa syaiun', dengan menghilangkan lafadz mitslihi, sehinga dapat ditarik kesimpulan arti yaitu 'tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia (Allah)'. Jadi kita dapat memahami ayat ini berdasarkan pentakdiran atau penafsiran tidak memahaminya berdasarkan dhahirnya saja. Dengan demikian hal ini dapat dijadikan hujjah bagi mereka yang meragukan kebenaran ayat ini. Karena memang di situlah letak kemu'jizatan Alquran, baik dari segi bahasa, susunan kata dan kandungannya.

Dalam kajian ini, Aku hanya ingin mengatakan bahwa mempelajari sesuatu itu harus dari dasarnya. Dengan demikian kita akan mendapatkan pemahaman yang syumul (menyeluruh) dan terinci. Tidak serta merta menerima doktrin dari pengertian sesuatu yang akhirnya menghalangi kita untuk menerima pendapat orang lain yang mungkin benar atau setidaknya mengandung kebenaran. Di sisi lain ini adalah sebuah keajaiban dari Bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan bahassa penduduk surga. Sebuah bahasa yang paling unik dan menurutku adalah bahasa yang paling sulit tapi menarik dipelajari. Karena banyak sekali kajian yang tercakup di dalamnya, kedalaman makna dan kandungan yang terkadang tidak bisa dipahami secara langsung. Subhanallah, wahai kawan sebagai generasi penerus bangsa marilah kita mengkaji dan mendalami ilmu dengan sebaik-baiknya, mencoba untuk menggali pengetahuan dari dasarnya dan sedetail mungkin. Andaikata tiada dapat kita lakukan pengetahuan yang mujmal juga tiada salahnya. Intinya, tiada kata untuk tidak belajar dan terus' mengaji' sekaligus 'mengkaji',,,

Selamat Menikmati!
Salam Karya!

2 komentar:

Jazakumullahu khairan katsiran...