Kamis, 30 Juni 2011

Guru Berjasa ala Bocah Desa

Guru Berjasa ala-Bocah Desa 
Oleh: Samsul Zakaria


Aku adalah bocah desa. sekadar huruf ‘a’ saja, tiada pernah kubaca. bicara saja sangat terbata-bata. apalagi menulis, tak pernah kupegang pena. mungkin hanya membaca alam, sembari mengembala di padang sahara. atau bicara lewat peraga dengan sapi-sapiku yang tak mampu juga bersua. paling jauh, aku goreskan kayu mungil nan panjang, membentuk rasi bintang di ufuk sana.

Bapakku sudah lama tidak bekerja. akulah yang menjadi ‘badal’-nya. tak tega rasanya melihat ayah tergeletak lemas, tiada berdaya. kecelakaan itu, adalah bencana bagi kami. sepulang mengajar, dengan sepeda ontelnya, ayah terhampar jauh. sebuah truk kontainer yang sungguh kencangnya keras menghantam. sudahlah, tak kuasa lagi aku gambarkan derita ayah. kalau ayah terluka maka akulah yang ikut menanggung jua.

Kala itu aku masih berumur tak lebih 5 tahun. seharusnya aku masuk TK. belajar riang bersama bu guru yang juga periang. tapi lagi-lagi biaya. biaya sekolah di desaku lumayan tinggi. tak pernah aku tahu bagaimana ceritanya. apalagi diriku masih terlalu dini untuk memikirkannya. yang jelas, untuk makan saja, kami merasa sulit. ibuku sudah tidak berjualan di pasar Senin. ibu hanya menunggu ayah di gubukku yang nyaris rubuh.

Aku ingin belajar. itu pasti, Kawan! tapi bagaimana dengan sapi-sapiku? dia adalah guruku di alam terbuka. mengajari bagaimana menjadi orang penurut. menjadi pribadi yang banyak memberi manfaat dan guna. tak tega jua aku meninggalkannya. kalau sehari saja tak makan pasti guruku, sapiku, mati tak hidup lagi. mungkin tahun depan tak ada nasi di meja karena tak punya uang membeli beras. biasanya, tiap tahun, satu sapi dijual untuk menutupi kebutuhan dan hutang.

Siang, dengan surya yang begitu terang. teman ayahku, seorang guru, kunjung ke gubukku. momen yang paling berharga bagiku. dia menawariku masuk SD. awalnya aku tak terima. aku masih ingin bercengkrama dengan sapi-sapiku. semakin lama semakin akrab saja. tapi guru itu, terus merayu. dia berjanji akan menyewa orang untuk kembalakan sapi-sapiku. akhirnya aku turuti. biar bagaimanapun aku ingin juga sekolah.

Aku belajar dengan teman-teman di SD. aku senang, walau bayangan sapi terus mengiang. aku belajar dengan sungguh-sungguh. walaupun derita ayah tetap membuatku terenyuh. pelajaran selalu aku ulangi di rumah. meski ragaku selalu dikitari letih dan lelah. kalau ada kendala aku masih bisa bertanya ayah. atau pada ibu yang sempat sekolah walau sekadar 3 tahun saja. hanya ayah dan ibu, karena aku anak satu-satunya.

Akhir semester adalah saat yang mendebarkan. aku tahu dari ayah bahwa ada peringkat kelas yang akan diumumkan. oh Tuhan, akulah juara itu. akulah orangnya. bocah desa yang awalnya tak tahu apa-apa. aku hadiahkan prestasi ini untuk ayah, sang mantan guru. juga untuk sapiku yang ada di kandang. untuk semua, yang dengan tulus mengajariku arti hidup dan kehidupan. mereka adalah guru yang paling berjasa. terima kasih!


Catatan dewan juri: Guru Berjasa ala-Bocah Desa
  • (+) Kalimat pembuka yang cukup tegas, lugas dan jelas, menunjukkan sebuah identitas.
  • (+) Terdapat majas persamaan yg mengandung sindiran pada kalimat sapi dan manusia.
  • (+) Diksinya lumayan baik.
  • (-) Kemasan cerita naratif puisi terlalu datar membuat yang membaca kurang tertarik. Padahal opening-nya cukup bagus. Ending puisi juga datar.

Keterangan: "Kawan mohon dukungannya untuk memilih dan mengomentari puisi saya di atas. Alhamdulillah, masuk urutan ke-7 untuk kategori favorit. Semoga kawan-kawan bisa membantu dan men-support saya. Terima kasih untuk dukungannya. Ajak yang lain juga ya. Ini linknya, http://www.facebook.com/samszakaria#!/notes/ady-azzumar/pengumuman-lomba-puisi-kado-untuk-guru-inilah-juaranya/10150301054071514. Dengan terlebih dahulu kenalan dengan penulis hebat ini ya (anggota FLP Palembang dan kolumnis media masa): http://www.facebook.com/profile.php?id=1829580129&sk=wall (Ady Azzumar). Jazakumullah ahsan al-jaza'..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullahu khairan katsiran...